Inasshabihah 22/10/2021; Subscribe Berita Baru, Jakarta – Memperingati Hari Santri Nasional 2021, Rabithah Ma’ahid Islamiyah Pengurus Besar Nadhlatul Ulama menggelar Award Kompetisi Santri 4.0 pada Kamis (21/10) sore. Acara penghargaan kompetisi bertema “Pemanfaatan Teknologi Digital Tepat Guna di Pesantren” ini merupakan hasil kerja sama RMI
Gerakan“Ayo Mondok” yang dipelopori oleh Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) PBNU menjadi signal bahwa lembaga pendidikan pesantren bukan lembaga alternatif. Akan tetapi, pesantren dengan segala bentuknya merupakan lembaga unggulan. Memang, jika dilihat dari redaksi bahasa, gerakan tersebut seakan-akan hanya ajakan untuk orang tua agar
TIMESINDONESIA BANYUWANGI – Sukses dengan kegiatan pertama, Rabithah Maahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMI NU) siap kembali genjot Gerakan Nasional Ayo Mondok. Sebagai langkah pematangan, RMI NU akan menggelar Silaturahmi Nasional (Silatnas) pada 13 Mei mendatang.
GerakanAyo Mondok yang diinisiasi oleh Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI) atau Asosiasi Pesantren Nahdatul Ulama sebagai kontribusi dalam pembentukan karakter anak bangsa. Seperti yang ada pada logo ini yaitu tulisan Santri Nusantara, Ayo! Mondok, Pesantrenku Kereen!! Download a Logo or coat of arms of AYO MONDOK Vector CDR, SVG, AI, EPS
GerakanAyo Mondok atau yang saat ini bernama Gerakan Nasional Ayo Mondok sejatinya sudah diperkenalkan kepada beberapa pengurus RMI-NU dan PBNU dalam bentuk Soft launching pada Senin 15 Juni 2015 bertepatan dengan 14 Sya’ban 1436 H di Gedung PBNU Kramat Raya Jakarta dan juga disiarkan secara langsung dalam saluran TV9 Surabaya.
Makaayo sukseskan vaksinasi, itu masih ada kyai, ya bukan kyai kecil-lah lagi, bukan kiai imam mushala, yang masih enggak percaya Covid-19, suudzon dengan kebijakan vaksinasi, tolong PKB juga harus menyadarkan bersama-sama,” ajaknya. Sebelumnya, Ketua Umum Rabhithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) PBNU, KH Abdul Ghaffar Rozin atau yang akrab
t5vxPz. Pacitan, NU OnlineKoordinator Nasional Gerakan Ayo Mondok, KH Luqman Harits Dimyathi menyayangkan pernyataan Kepala Badan Narkotika Nasional BNN Komjen Budi Waseso terkait rumor penggunaan narkoba di lingkungan pesantren. Gerakan Ayo Mondok meminta dia menyodorkan data terkait pernyataanya.“Kita pertanyakan maksud pernyataan Pak Buwas Budi Waseso itu apa? Kita sangat menyesalkan ada seorang pejabat publik yang berbicara itu dengan tidak ada data yang jelas. Kita sangat menyayangkan itu,” tegas Kiai Luqman kepada NU Online di Pacitan, Jawa Timur, Ahad malam 13/3.Katib Syuriyah PBNU itu menyebut tidak ada pesantren di bawah naungan asosiasi pesantren se-Indonesia atau Rabithah Ma’ahid Islamiyah RMI PBNU yang terlibat dalam kasus penyalahgunaan narkoba.“Sebenarnya kasus narkoba masuk pesantren di Sumenep itu belum jelas. Identitas santrinya pun tidak jelas. Tapi oleh media disebut 'santri' dan dibesar-besarkan. Ini berita yang menyesatkan. Pesantren selama ini sangat antinarkoba,” jelas pengasuh Pesantren Tremas Pacitan adanya pernyataan itu, lanjut Kiai Luqman, kalangan pesantren merasa sangat dirugikan. Citra pesantren yang selama ini menolak adanya narkoba seakan runtuh dengan munculnya kabar tersebut. Terlebih sekarang ini kalangan pesantren tengah getol mengampayekan gerakan Ayo Mondok, sebuah gerakan yang mengajak masyarakat untuk memilih pesantren sebagai tujuan utama menuntut ilmu.“Kami sadar gerakan ini pasti banyak tantanganya, banyak orang yang tidak suka dengan gerakan Ayo Mondok. Dalam setiap kehidupan pasti ada yang like dan dislike itu ada,” informasi, dalam waktu dekat gerakan Ayo Mondok akan mengadakan silaturahim nasional silatnas dengan mengumpulkan para kiai pengasuh pesantren. Silatnas Ayo Mondok digelar dalam rangka memperkuat jati diri pesantren sebagai lembaga pendidikan yang berada di garis terdepan melawan segala bentuk radikalisme dan narkoba. “Kita ingin menampakkan kepada pemerintah, kepada masyarakat bahwa gerakan Ayo Mondok ini harus didukung oleh semua pihak. Tentunya oleh pemerintah itu sendiri,” pungkas Kiai Luqman. Zaenal Faizin/Zunus
Ayo Mondok menjadi gerakan yang digalakkan oleh Rabithah Ma’ahid Islamiyyah Wilayah RMI. Ayo Mondok, Untuk menggugah kesadaran masyarakat untuk memondokkan anaknya ke Pesantren sendiri, adalah tulang punggung punggung keberadaan organisasi Nahdlatul Ulama NU. NU menjadi besar karena dilahirkan dari rahim pesantren yang telah lama menjadi lembaga pendidikan di dan gagasan untuk melakukan gerakan Ayo Mondok telah lama muncul di RMI Jawa Timur. Seiring berjalannya waktu, isu itu meredup. Di berbagai wilayah isu-dan gagasan ini juga tumbuh namun, hanya sekadar dalam obrolan antarsantri, kiai dan pun disambut oleh RMI Jateng dengan membuat kartun Ayo- Mondok Pesantrenku Keren. Tak hanya berhenti dalam pembuatan karikatur, rapat program “Gerakan Nasional Ayo Mondok”, Senin, 4/5 di kantor TV9 Surabaya menajamkan; bahwa “Gerakan Nasional Ayo Mondok” merupakan sebuah gerakan kampanye kepada publik akan pentingnya pendidikan pesantren melalui media massa maupun media kecil yang terdiri dari pengurus pusat RMI, RMI Jateng dan Jatim, dan pihak TV9 menyepakati memakai logo usulan RMI Jateng, dan peluncuran “Gerakan Nasional Ayo Mondok” secara serentak pada 1 Juni 2015 di kantor PBNU Setara”Kami meminta seluruh komunitas santri NU pada tanggal tersebut untuk memasang logo di semua medsos yang dimiliki sekurang- kurangnya dua hari. Dan menyiapkan data pesantren yang diunggulkan untuk diunggah di website masing-masing sebagai informasi,” tutur Ketua RMI Jateng KH Abdul Ghaffar Rozien yang akrab disapa dengan Gus Rozien, saat silaturahmi dengan Pemimpin Redaksi Suara Merdeka Amir Machmud NS, di kantor Jalan Raya Kaligawe KM 5, Rabu 27/5.Dikatakan, gerakan AyoMondok dilakukan untuk menyosialisasikan pesantren pada masyarakat umum terutama masyarakat kelas menengah tanpa mengurangi rasa keinginan untuk ditempati kalangan tertentu. Karena di pesantren semua diberlakukan setara. Serta meyakinkan bahwa pesantren kompatibel dengan perkembangan dan oleh karenanya layak untuk dijadikan pilihan.”Di Jawa Tengah ada pesantren, tetapi belum selesai divalidasi ulang. Gerakan ini dilakukan karena dalam perjalanan RMI, ditemukan pesantren yang justru mengembangkan paham radikalisme, terutama di wilayah selatan dan Solo raya,” kunjungannya itu, Gus Rozien juga didampingi Sekretaris RMI Jateng Muhammad Farid Fad, Departemen Media dan Informasi Munawir Aziz; Mukhammad Zulfa dan Hasan Ubaidillah, serta Depertemen Kerja sama Asep Cuwantoro. Mereka juga ditemui, Redaktur Wacana Harian Umum Suara Merdeka, Cocong Arief Priyono. Amir Machmud juga mengakui, Suara Merdeka dalam beberapa tahun ini juga sering diganggu kelompok yang menghegemoni Merdekapun tetap memberi ruang publik yang seimbang dan tidak mungkin memuat paham atau pesantren yang memuat ideologi secara verbal. Tetapi memilih yang berkonteks aktual. SMIkuti berita NU Cilacap Online NUCOM di Google News, jangan lupa untuk follow Penulis & Editor NU Cilacap Online NUCOM Situs Islam Aswaja Nahdlatul Ulama NU, menghadirkan aktivitas berita informasi kegiatan Nahdlatul Ulama Cilacap -termasuk Lembaga dan Badan Otonom NU- secara Online. Terima kasih atas kunjungan Anda semuanya. Silahkan datang kembali.
Pondok pesantren pada awalnya di-setting sebagai lembaga pendidikan non-formal. Surau, Masjid dan pemondokan santri menjadi ruang aktifitas sentral para santri belajar ilmu. Ilmu yang dipelajari secara umum berkutat pada persoalan disiplin ilmu agama baca; Islam, semisal fiqh, tasawwuf, nahwu, shorof, tauhid, tajwid dan semacamnya. Teks-teks yang jadi rujukan juga seputar kitab kuning klasik, sebuah karya cendikiawan Islam Ulama yang rata-rata ditulis pada abad pertengahan. Hal semacam itu membuat beberapa kalangan menjuluki kaum pesantren sebagai kaum berjalannya waktu, tuntutan zaman kian kompleks. Pesatnya keilmuan yang semakin spesifik serta perkembangan teknologi terus menuntut pesantren tetap bisa menjadi lembaga pendidikan yang selalu survive. Alhasil, pesantren juga membuka pendidikan umum mulai dari SD-MI, SLTP-MTs, SMA-SMK-MA-MAK, bahkan Perguruan Tinggi. Sungguh ini capaian yang luar biasa. Selain menjadi lembaga pendidikan agama, pesantren juga membuka ruang untuk siapa saja yang ingin memperdalami ilmu itu ternyata tidak membuat pesantren aman dalam memuluskan ajarannya. Munculnya pesantren-pesantren baru yang sebenarnya berada dalam naungan aliran Islam transnasional menjadi tantangan pesantren yang sudah lama ada. Pesantren baru muncul dengan mengedapankan ilmu umum semata, pengetahuan bahasa Inggris dan bahasa Arab menjadi tawaran untuk menarik animo para orang tua agar memondokkan anaknya di "Ayo Mondok" yang dipelopori oleh Rabithah Ma'ahid Islamiyah RMI PBNU menjadi signal bahwa lembaga pendidikan pesantren bukan lembaga alternatif. Akan tetapi, pesantren dengan segala bentuknya merupakan lembaga unggulan. Memang, jika dilihat dari redaksi bahasa, gerakan tersebut seakan-akan hanya ajakan untuk orang tua agar memondokkan anaknya di pesantren. Ajakan tersebut diperuntukkan agar orang tua tidak memondokkan anaknya di pesantren yang salah. Karena, meskipun menempuh pendidikan di pesantren bukan jaminan mereka sudah berada di tempat yang benar. Jika pesantren yang ditempati berideologi Islam garis keras, maka sejatinya mereka tidak nyantri. Akan tetapi, mereka dididik untuk menjadi para "teroris" dengan alasan "jihad". Setelah keluar sebagai alumni mereka malah mencoreng nama Islam itu sendiri. Untuk itulah, gerakan "Ayo Mondok" menjadi sebuah kampanye penting agar orang tua tidak salah menitipkan anaknya untuk belajar di MondokBanyak hal kenapa orang tua penting memondokkan anaknya di pesantren yang benar. Menurut pengalaman penulis sendiri, ada beberapa hal kenapa penting menempuh pendidikan di pesantren, tentunya pesantren yang berada di bawah asuhan kiai-kiai Nahdlatul Ulama NU. Di antaranya pertama, pesantren NU memiliki sanad keilmuan yang jelas. Segala yang dipelajari di pesantren NU bisa dipertanggungjawabkan. Jika kita runtut, ilmu yang dikonsumsi alurnya jelas sampai kepada Nabi Muhammad SAW. Oleh karenanya, kita tak perlu khawatir atas kebenaran ilmu yang dipelajari di pesantren NU. Karena itu sudah sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad SAW yang besok bertanggung jawab dihadapan Allah Yang Maha pesantren mengajarkan kita untuk tidak berpikir oposisi-binner. Sebuah gaya berpikir yang selalu mempertentangkan setiap perbedaan. Tak heran, jika gerakan feminisme menjadi kekuatan matriarki yang menindas kaum lelaki, semisal. Atau sosialisme menentang otoriterianisme, lalu menjadi otoriterianisme dengan bentuk baru. Nah, di pesantren kita diajarkan bahwa perbedaan itu adalah sunnatullah. Perbedaan tidak perlu dipertentangkan, akan tetapi disikapi secara arif agar bisa berjalan sejarah yang bisa kita petik adalah saat terjadi perang sesama sahabat Rasulullah. Ketika beberapa kelompok memberi dukungan kepada salah satu sahabat, bahkan ada yang memilih menyalahkan keduanya. Ulama Ahlussunnah memilih tidak berkomentar. Diamnya Ahlussunnah bukan tanpa alasan, sikap diam tanpa komentar merupakan pernyataan tersirat bahwa keduanya sama-sama mempunyai dasar alasan atas perang yang mereka kobarkan. Keduanya sama-sama sahabat Rasulullah dan perbedaan pandangan itu hal yang biasa terjadi, tak terkecuali sahabat Nabi kita dikenalkan tentang konsep barokah. Dalam kehidupan pesantren, barokah menjadi hal penting yang dijadikan pegangan santri. Sering kali kita mendengar, setinggi apapun ilmu yang didapatkan jika tidak mendapatkan barokah Kiainya, maka ilmu yang didapat akan sia-sia. Dalam pandangan pesantren tabarrukan atau biasa disebut barokah mempunyai makna penambahan kebagusan dari Allah, ziyadatul khair. Artinya, setiap waktu semakin bertambah baik. Barokah merupakan sebuah kekuatan rasa yang dimiliki oleh Kiai dan dipercaya mampu melegitimasi ilmu yang diperoleh santri, manfaat atau tidak. Barokah tidak semata-mata bisa hadir dari seorang Kiai. Artinya, untuk mendapatkan titel bahwa seorang Kiai memiliki kekuatan barokah biasanya terletak pada sejauhmana Kiai tersebut memilki sendiri merupakan sebuah pengetahuan yang telah mengkristal pada diri seorang Kiai. Tentunya, ilmu yang pernah dipelajarinya telah menyatu dengan dirinya. Nah, Kiai seperti ini akan terlihat begitu karismatik di depan santri-santrinya dan masyarakat pada umumnya. Ternyata, hal semacam ini tidak hanya diakui oleh kalangan pesantren. Seorang tokoh sosiologi, Max Weber juga mengakui akan kebenaran ini. Dalam menjelaskan rasionalisasi, Weber mengakui bahwa ilmu-ilmu sosial harus berkaitan dengan fenomena spiritual atau ideal. Alasannya, sebagai ciri-ciri khas dari manusia yang tidak berada dalam jangkauan bidang ilmu-ilmu alam. Nah, yang semacam ini dalam pesantren biasa disebut dengan barokah dan karomah. Sesuatu yang selama ini kita anggap mistis, ternyata hanya persoalan rasio akal belum mampu menjangkaunya. Sebenarnya ini adalah hal yang rasional, suatu saat bisa dari pesantren kita akan diajarkan bagaimana bersosial. Tanpa disadari, dalam kehidupan santri menyimpan segudang pelajaran hidup. Hal sederhana, semisal bagaimana santri makan bersama dengan menggunakan talam. Dari situ kita bisa lihat, bahwa kebersamaan dalam pesantren itu sangat diutamakan. Tanpa melihat dari mana asalnya, miskin, kaya bahkan keturunannya. Pesantren tak pernah mengenal kasta, semua diperlakukan sama, selain persoalan di atas, hal paling penting yang bisa didapat dari pesantren adalah "Akhlak". Akhlak yang dimaksud di sini bukan sekedar persoalan etika semata. Karena etika lebih kepada persoalan pola sikap dan pola ucap. Semisal, seorang koruptor yang sosialnya bagus tidak bisa dikatakan berakhlak. Karena apa yang ia lakukan tidak sesuai dengan kebenaran tetapi, akhlak jauh melampaui itu. Seseorang yang berakhlak, baik tindakan, perkataan, pikiran maupun perasaannya akan berjalan secara beriringan. Keempatnya tidak mungkin bertentangan. Contoh yang bisa kita ambil, ketika Nabi Muhammad SAW mengutuk seseorang yang munafik. Seperti kita mafhum, munafik adalah seorang yang ucapan dan tindakan, pikiran serta hatinya tidak sesuai. Dari contoh itu bisa kita petik, bahwa akhlak meliputi persoalan pola sikap, pola ucap, pola pikir dan pola rasa hati. Bagaimanapun juga, Nabi Muhammad SAW diutus ke dunia, tak lain dan tak bukan untuk menyempurnakan akhlak manusia, Innama bu'itstu liutammima makarimal hanya sekelumit pengalaman dari penulis yang pernah mengenyam pendidikan di pesantren. Tentu masih banyak hal lain yang bisa dijadikan alasan kenapa mondok nyantri itu penting. Ada segudang pelajaran dan pengalaman yang hanya bisa kita dapatkan dari pondok pesantren. Untuk itu, AyoMondok. Sumber NU Online
Call +62 812 7823 4876E-mail pwrmisumsel Login Register No Result View All Result No Result View All Result
KH. Abdul Ghaffar Rozin Ketua PP RMI NU "Gerakan Ayo Mondok memberikan sumbangsih dan juga peran penting bagi pembangunan negara dan peradaban dunia" KH. Mustofa Bisri Pengasuh Pesantren Raudlatut Tholibin - Rembang "Semakin banyak ilmu, semakin kita harus lebih banyak belajar" KH. Maimun Zubair Mustasyar PBNU "Santri kalau sudah pulang dari tempat belajar atau pondok pesantren harus berani istiqomah" Daftar PonPes CARI PONDOK PESANTREN Home Tentang Kami Hubungi Kami Rubrik RMI-NU
ayo mondok rmi pbnu